Teknik Pewarnaan Kain dan Benang
Oleh: Prof. Dr. Edia Rahayuningsih, M.S.
A. Zat warna Alami (ZWA)
ZWA mengandung senyawa bermanfaat (antioksidan, klorofil, karoten, dll.), dan aman bagi kesehatan dan lingkungan. ZWA ini merupakan budaya indonesia yang berasal dari warisan leluhur. Sumber Daya Alam (SDA) dan biodeversitas Indonesia tersedia melimpah sebagai sumber ZWA. Indonesia pernah menjadi penghasil ZWA blue indigo terbesardi pasar dunia.
Kesan Kuat terhadap Zat Warna Alami
- Ribet,tidak praktis, hasil tidak pasti
- Bladus, Kusam, Kusek, lethek
- Mahal,tidak ada yang menjual, atau sulit didapatkan
- Merusak tanaman
- Tidak percaya, meragukan (ditambahkan pewarna sintetis)
- Baceman
Kehadiran Pewarna Alami
- Zat pewarna alami dihasilkan dari beberapa sumber, yakni:
- Tumbuhan
- Hewan
- Mineral
- Microorganisme
Zat warna, memiliki 2 Gugus:
Chromofor: Gugus yang dapat menimbulkan warna, nitro, nitroso, dan sebagainya. Auxsochrom: Gugus yang dapat menimbulkan afinitas terhadap serat tekstil (kuat berikatan) amino, hidroksil dan sebagainya.
- ZWA Dikelompokan Menjadi 2:
- Pewarna Makanan
- Pewarna Bukan Makanan (kain, benang, kulit, karet, dan plastik)
B. Pewarna Bejana (Vat Dye)
Contoh: Pewarna biru dari daun Indigofera tinctoria
Woad atau Indigofera adalah salah satu tanaman yang sangat menakjubkan. Bukan hanya karena kandungan pewarnanya, tetapi memiliki sifat herbal, dan kemampuannya hidup dan berkembang bahkan dalam menghadapi kondisi pertumbuhan yang tidak prima, seperti tanah marjinal dan musim dingin.
Berikut merupakan urutan proses pewarnaan bejana dengan menggunaan pewarna indogofera:
- Menyiapkan daun Indigofera
- Mengubah daun Indigofera menjadi serbuk pewarna
- Melakukan pewarnaan di atas benang
- Pewarnaan di kain batik dan jumputan
C. Pewarna Mordan
Pewarna Mordan merupakan unsur kation yang biasanya digunakan ion logam. Mordan tetap berada dalam serat secara permanen menahan pewarna (pewarna menjadi tidak luntur). Masing-masing ion logam jika digunakan sebagai mordan menghasilkan rentang warna yang berbeda untuk setiap pewarna. Sebagian besar pewarnaan alami termasuk dalam jenis pewarna mordan. Pewarna alami ini bersifat larut dalam air. Tanin merupakan pewarna alami yang sangat penting dalam pewarnaan kapas dan serat selulosa lainnya.
Contoh dari pewarna mordan adalah Tingi, Jolawe, Tegeran, Jambal, Merbabu, Mahoni, dan Sabut Kelapa.
Berikut adalah senyawa logam sebagai mordan:
- Kapur (Ca2+)
- Tunjung (Fe2+)
- Tawas (Al3+)
Penggunaan mordant dapat ditambahkan ke pewarna untuk mempengaruhinya (memperkuat), untuk itu mordant tidak berfungsi sebagai sumber warna. Pilihan mordan tergantung pada bahannya. contohnya Mordan alkali dapat berupa soda ash, bekerja dengan baik dengan kapas, dan mordan asam seperti cuka bekerja dengan baik dengan wol.
Berikut langkah-langkah pewarnaan menggunakan mordan:
- Kain diresapi dengan mordan,
- Kemudian selama proses pewarnaan, pewarna bereaksi dengan mordan
- Reaksi tersebut membentuk ikatan kimia dan menempelkannya dengan kuat pada kain.
D. SOP Pewarnaan Kain dengan GAMAINDIGO
I. Persiapan Kain Sebelum Dibatik
- Kain atau bahan yang akan dibatik dan diwarnai dibersihkan dari kotoran atau bahan kain yang terdapat pada kain, seperti tepung kanji. Caranya dengan direbus terlebih dahulu atau dicuci dengan air hangat, lalu baru di batik. Akan lebih baik bila di mordan.
- Kain yang telah dibatik, sebelum diwarnai, terlebih dahulu direndam dengan TRO lalu dibilas.
- Kain atau bahan yang akan diwarnai harus dalam keadaan basah, dan direndam air bersih sebelum dicelupkan pewarna.
II. Membuat Larutan Pewarna Alami Gamaindigo
Bahan: pewarna Gamaindigo, Hidro (sodium Dhitionite), soda Abu, Air Bersih.
Cara membuat:
- Panaskan 1 liter air dengan suhu 700 C.
- Tambahkan 50 gr serbuk Gamaindo, lalu diaduk.
- Tambahkan Hidro (sodium Dhitionite) ±18 gr dan soda abu ± 14 gr, lalu diaduk.
- Tutup rapat-rapat larutan selama 15 menit
- Siapkan air bersih ± 9 ltr, soda abu ± 3,5 gr, dan Hidro ± 4,5 gr.
- Larutan tersebut kemudian dicampur dengan air bersih ± 9ltr sambil diaduk. Tambahkan soda abu ± 3,5 gr, dan Hidro ± 4,5 gr, aduk sampai rata.
- Diamkan selama 1 jam dalam keadaan tertutup. Pewarna siap digunakan untuk mewarnai kain.
CATATAN:
- Usahakan larutan seminimal berkontak dengan udara (larutan sebisa mungkin ditutup). Jika terlalu lama berkontak dengan udara maka mudah menjadi tidak aktif.
- Kondisi aktif larutan terbatas, maka segera gunakan larutan setelah aktif. Ciri larutan tidak aktif/serbuk Gamaindo habis, bila larutan tidak memberikan warna biru pada kain atau bahkan kain yang sudah biru menjadi larut warnanya.
- Bila ingin membuat larutan lebih banyak, buatlah perkalian dengan dosis ini.
III. Cara Mencelupkan Kain Batik
- Kain yang sudah dbersihkan dengan TRO dan dibilas dengan air bersih, dicelup (dalam keadaan basah) ke dalam larutan yang sudah siap digunakan.
- Celupkan kain dengan sempurna tanpa ada permukaan kain yang terkontak dengan udara.
- Diamkan kain terendam dalam larutan selama ± 5 menit.
- Setelah direndam selama ± 5 menit, angkat kain dan tiriskan di atas bak pencelup sampai air tidak menetes, dan angin-anginkan dengan membuka lebar permukaan kain (gantungkan dan jepit di kedua ujung) sampai warna biru rata terbentuk (minimal 3 menit).
- Ulangi proses pencelupan dari langkah b – dst sampai didapatkan warna yang diinginkan. Lipatan kain diubah agar didapat warna yang merata.
- Setelah didapat warna yang diinginkan, tunggu sampai kering. Kemudian bilas dengan air bersih, rendam dalam larutan air cuka selama satu jam. Komposisi larutan cuka adalah 10 liter air ditambah 210 mililiter cuka makan.
- Setelah satu jam, cuci bersih kain dan keringkan.
Content Writing:
Dari PPT: Seminar Dalam Jaringan (SADARING)#2 INDI LPPT UGM, 22 Juli 2020